twitter twitter
facebook
rss

Jauhkan Anak-anak Dari Bahaya Rokok!


Seperti yang kita ketahui bersama, rokok merupakan musuh kita bersama. Baik anak-anak, anak muda, maupun orang dewasa, rokok sangatlah merugikan. Walaupun begitu, rokok masih sangat akrab dengan lingkungan kita sehari-hari.

Di media massa cetak maupun elektronik, kita dapat menemukan informasi tentang bahaya rokok. Dari informasi tersebut, kita harusnya mampu berfikir secara bijaksana dan dewasa dalam menyikapi bahaya dari rokok. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 di antaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb. Karbon monoksida yang terkandung oleh asap rokok, jika dihirup akan mengganti fungsi oksigen di sel – sel darah lalu mengambil zat makanan dari jantung, otak, dan organ tubuh lain. Selain itu, dengan merokok, kita juga mematikan indra pengecap dan pencium sehingga kita tidak bisa lagi merasakan lezatnya makanan seperti biasanya.

Setiap kali kita menyalakan rokok, maka denyut jantung bertambah, kemampuan jantung membawa oksigen berkurang, HDL turun, dan menyebabkan pengaktifan platelet (sel-sel penggumpal darah). Masyarakat seringkali tidak mau berhenti merokok karena alasan takut gemuk karena ngemil sebagai pengganti rokok membuat berat badan bertambah. Namun, mereka tidak menyadari bahwa risiko penyakit jantung akibat merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan.

Di dalam rokok, nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi.

Anak-anak adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit, orang tua haruslah memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik untuk kesehatan dan pendidikan bagi anak. Selain itu, orang tua juga wajib memberikan lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak agar ia akan menjadi individu yang unggul di masa depan.

Begitu pula dalam hal menjaga anak dari bahaya rokok, orang tua wajib mengupayakan agar anak terhindar dari bahaya asap rokok. Hal ini dikarenakan anak adalah perokok pasif, seperti yang kita ketahui bahwa perokok pasif jauh lebih berbahaya dari perokok aktif. Anak-anak yang menjadi perokok pasif akan rentan terhadap penyakit, bronchitis, pneumonia dan infeksi saluran pernafasan. Selain itu, seorang ibu yang merokok (pada masa kehamilan dan paska kehamilan) akan mengalami 3x resiko lebih besar yang akanmenyebabkan yang bayi meninggal akibat sindrom kematian mendadak (Karbon Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen).

Apakah kita masih akan membiarkan anak-anak menghirup asap rokok? Oleh karena itu, ayo kita jauhkan anak-anak dari bahaya rokok!

Dikutip dari http://www.wikimu.com/ 

Adakah Pengaruh Game Kekerasan pada Anak?

Kamis, 10 Maret 2011 - 08:44 wib
Adakah pengaruh game kekerasan pada anak? (Foto: Corbis)
Adakah pengaruh game kekerasan pada anak? (Foto: Corbis)
GAME yang mengandung unsur kekerasan terbukti tidak memengaruhi perilaku negatif anak. Penelitian di Kanada menunjukkan, bermain game tidak menimbulkan efek jangka panjang terhadap ingatan emosional seseorang.

Maraknya game di komputer yang mengandung berbagai bentuk kekerasan menimbulkan keresahan bagi para orangtua. Argumen yang biasanya diucapkan adalah game tersebut bisa membuat anak-anak cenderung menjadi suka dengan kekerasan dan pada akhirnya justru anakanak itulah yang melakukan kekerasan terhadap lingkungannya.

Tapi baru-baru ini, muncul sebuah penelitian terbaru yang mengatakan sebaliknya. Para peneliti mengungkapkan, game yang penuh dengan kekerasan sebenarnya tidak ada efek jangka panjang bagi perilaku seseorang, terutama untuk waktu yang lama.

Hasilnya, orang yang suka main game akan menghapus gambaran negatif terhadap kekerasan yang dilihat dalam tes memori dan mengeluarkan reaksi emosi dalam level yang sama, seperti juga yang dilakukan pada orang yang tidak suka main game.

“Orang yang suka bermain game dan yang tidak, tidak berbeda jauh isi memori dan reaksi fisiknya,” kata penulis studi Holly Bowen, seorang kandidat doktor di Departemen Psikologi, Ryerson University, Toronto, Kanada.

“Selain itu, tidak ada perbedaan juga dalam cara masing-masing kelompok menghadapi suatu hal setelah melihat gambaran negatif akan kekerasan,” lanjutnya.

Penemuan ini diterbitkan dalam edisi Januari jurnal Applied Cognitive Psychology. Kata Bowen,sebagian besar penelitian tentang dampak game dan kekerasan, bagaimanapun, telah dilakukan uji coba kepada para pencinta game segera setelah mereka bermain game, dan hasilnya tidak mencerminkan efek jangka panjang.

Untuk menilai apakah game kekerasan memengaruhi otak seseorang dalam jangka panjang tersebut, dia dan koleganya, Julia Spaniol, merekrut 122 mahasiswa program sarjana psikologi untuk berpartisipasi dalam studi mereka.

“Memori yang menyangkut emosi adalah bagian sangat penting dari fungsi kognitif Anda. Jika Anda tidak ingat akan situasi negatif atau berbahaya, Anda tidak bisa belajar dari hal tersebut dan menghindari kejadian tersebut di masa mendatang,” kata Bowen.

Sejumlah 96 dari relawan penelitian adalah perempuan dan usia rata-rata mereka 19 tahun. Sementara itu, 45 orang dalam grup tersebut setidaknya bermain game selama enam bulan sebelumnya. Sementara 77 orang sisanya tidak mendapatkan paparan dari game kekerasan.

Baik partisipan pria maupun wanita diminta bermain game Grand Theft Auto, Final Fantasy, dan NHL (National Hockey League). Para pria dilaporkan masuk dalam lima orang dengan nilai tertinggi games bertarung Call of Dutydan Tekken.

Sementara partisipan wanita lebih suka bermain Guitar Hero dan Rock Band atau bermain adu cepat mengendarai go-kart Mario Kart. Penelitian ini memperlihatkan 150 gambaran atau image, yaitu positif, netral, dan negatif kepada para partisipan.

Satu jam setelah bermain, para peneliti memperlihatkan kepada para partisipan gambaran yang lain lagi, namun diberikan secara acak sebagai image pengecoh. Jika otak penyuka game telah dipengaruhi oleh bermain game, para peneliti berteori bahwa mereka harusnya kurang mampu untuk menghapus atau mengingat kembali gambaran kekerasan tersebut. Namun, para peneliti tidak menemukan perbedaan dalam memori ingatan antara kedua kelompok tersebut.

Dan, para gamers dan non-gamers melaporkan tingkatan yang sama dari rangsangan fisik dari image yang tergambar dan memperlihatkan perasaan yang sama bila melihat sebuah foto. Namun, Bowen menjelaskan, penelitian ini tidak dapat secara pasti menegaskan bahwa game kekerasan tidak mempengaruhi orang untuk melakukan kekerasan.

“(Studi ini) tidak memberikan sepotong teka-teki, dan mungkin, bermain game tidak memiliki efek jangka panjang pada proses kognisi dan memori,” ujar dia.

Dia dan koleganya mencatat, bagaimanapun para relawan hanya menjelaskan gairah mereka terhadap sebuah gambaran kekerasan bukan dimonitor denyut jantung dan tanggapan fisiologis lainnya, dan penelitian lebih lanjut memang masih dibutuhkan.

“Premis dari studi ini adalah bahwa kita berpikir orang yang terpapar game yang menampilkan kekerasan mungkin akan peka terhadap kekerasan, dan jika hal itu terjadi, mereka seharusnya tidak mengingat sejumlah gangguan dan gambar kekerasan yang sama banyaknya,” kata Tracy Dennis, seorang profesor psikologi di Hunter College of the City, University of New York, Amerika Serikat.
(SINDO//nsa) 

dikutip dari http://lifestyle.okezone.com


NASIONALISME CARA SEPAKBOLA Menggugah Semangat Anak Indonesia


Kita tentu masih ingat dengan film anak yang sangat nasionalisme yaitu Film King garapan Ari Sihasale dan Garuda di Dadaku besutan Ifa Isfansyah. Kedua film ini diputar hampir bersamaan saat musim liburan sekolah beberapa bulan yang lalu. Secara kebetulan, kedua film ini mengangkat tema yang sama, yakni tentang dunia olahraga yang pas buat dunia anak-anak. Jika King olahraga bulutangkis, maka Garuda di Dadaku tentang sepak bola.
Secara alur dan struktur cerita keduanya pun memiliki sejumlah kemiripan satu sama lain. Kedua film ini memberikan sesuatu yang bernilai buat anak-anak. Nilai kepahlawanan dan nasionalisme. Dua unsur ini hadir secara luwes jauh dari kesan mengindoktrinasi. Ia tidak hanya menyajikan hiburan menyegarkan, tapi juga memberi pesan positif tanpa harus jatuh menjadi film yang mengumbar pesan yang membosankan.
Selama ini setiap orang, mungkin berbeda-beda dalam menafsirkan arti nasionalisme. Bahkan setelah kemerdekaan tercapai, menyampaikan rasa nasionalisme pun dengan ekpresi yang beraneka rupa. Ada yang menunjukkannya dengan memasang bendera berukuran besar di halaman rumah, bendera mini di mobil atau motor, bahkan sekadar memasang pita merah putih di kepala, dan saat ini rasa kebanggaan nasionalisme muncul dari kecintaan terhadap olah raga salah satunya olah raga Sepakbola.
Sebenarnya kalo mau dilihat, setiap anak yang lahir disebuah negara sudah memiliki nasionalisme sejak dia sadar bahwa dia adalah warga suatu negara. Hanya saja di Indonesia kesadaran tersebut tidak terlalu nampak. Bagi penulis, nasionalisme anak bukanlah berdiri ditepi jalan menyambut rombongan presiden dengan bendera kecil ditangan, atau melakukan upacara setiap senin hingga beberapa anak pingsan, atau belajar menghapal semua pahlawan dari jaman ke jaman
Coba kita lihat rasa nasionalisme yang lebih kecil, yaitu suporter bola. Jujur saja, bahwa kita bisa lihat seorang anak kecil bisa teriak kencang dan akan begitu bangganya kepada tim yang dia kagumi. Entah menang atau kalah. Bagi sang Anak, nilai kekagumannya didasarkan oleh lingkungan, pemain dan keterampilan tim itu, atau bahkan ada yang tidak tahu kenapa dia harus menjadi suporter tim sepakbola itu. "Nasionalisme" si Anak terhadap tim nya muncul ketika sedang bertanding.
Begitu juga dengan cakupan Indonesia sebagai sebuah negara. Kita tidak melihat anak-anak begitu bangga sebagai warga negara, dikarenakan, kita selalu membuat "pertandingan" antar suku, budaya, pulau, golongan, yang mana semua itu masih didalam satu kesatuan Indonesia. Coba ajak salah satu anak dari masing-masing provinsi, bukan untuk saling "bertanding" tapi "bertanding" dengan negara diluar Indonesia. Saya yakin anak-anak itu akan berteriak dengan sangat keras membela bangsa Indonesia.
Persoalan lainnya, mengapa anak – anak Indonesia tidak bisa mengekspresikan rasa nasionalismenya…??!, mudah saja, karena mereka tidak tahu apa yang harus dibanggakan, bukan karena tidak ada, tapi tidak tahu. Tidak tahu di sini lebih berupa dampak dari hal yang dibanggakan itu berpengaruh dia bisa memperoleh hak-nya atau tidak. Contoh: Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan pemeliharaan anak oleh negara. Saya yakin hampir semua anak di Indonesia pernah tahu, namun karena tidak melihatnya sebagai hal yang nyata, mereka tidak bisa menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebanggaan.
Diumpamakan anak adalah seperti spon, yang akan meresap informasi disekitar dengan cepat dan sesuai daya tampung. Tugas kita adalah menjaga harapan mereka agar rasa kebanggaan nasionalismenya bisa tetap tumbuh sesuai dengan harapan dan pemikiran mereka.
Berbahagialah Indonesia, kekhawatiran lunturnya nasionalisme di negeri ini sedikit terobati. Sepakbola menjadi alat baru penggugah nasionalisme bangsa. Untuk ke sekian kalinya, Stadion Gelora Bung Karno, Senayan- Jakarta, menjadi saksi suburnya nasionalisme yang justru diusung anak-anak muda bangsa ini.
Kerinduan bangkitnya nasionalisme itu pecah di Senayan. Jarang terdengar, lagu kebangsaan Indonesia Raya mendadak bergema dari mulut-mulut anak bangsa secara berjamaah. Tidak ada Jawa, tidak ada Sumatera, tidak ada Kalimantan, tidak ada Sulawesi, tidak ada Ambon, tidak ada Papua, yang ada adalah Indonesia. Inilah nasionalisme gaya baru, nasionalisme cara sepakbola. Sejenak kita nikmati kebangkitan nasionalisme yang dipupuk anak-anak bangsa yang membanggakan di lapangan hijau tersebut.
Bukan sekadar euforia semu. Nasionalisme cara sepakbola ini cukup menjadi pelajaran mahal sekaligus penting, untuk bangsa yang tercabik-cabik oleh berbagai kepentingan sesaat. Di sepakbola, bangsa ini bisa belajar banyak bagaimana putra-putra bangsa dari berbagai daerah, hanya mengaku anak Indonesia, tidak yang lain. Mereka berjuang tidak untuk politik A, agama B, atau suku C, putra-putra terbaik bangsa di Timnas hanya berjuang untuk Indonesia yang satu.
Jarang ada cara jitu mempersatukan bangsa dengan begitu dahsyat. Putra-putra bangsa di Timnas ibarat benih-benih nasionalisme yang memukau semua masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Tidak bisa menyanyikan Indonesia Raya dan menonton pahlawan sepakbola di Senayan, saudara kita di Papua, Ambon, Aceh, Kalimantan dan semua daerah tetap histeris dan merasakan menjadi bagian dari bangsa Indonesia, meski dari layar televisi. Nasionalisme yang tumbuh singkat, hanya 90 menit, namun menjadi pelajaran abadi bagi bangsa Indonesia yang harus tetap dijaga dan dipupuk oleh bangsa ini.
Semoga harapan kita terhadap rasa nasionalisme tidak pudar begitu saja setelah pertandingan bola selesai, dan berharap tumbuh nuansa nasionalisme lain dengan cara yang lain pula tidak hanya dibidang sepakbola saja tapi bisa di semua bidang kehidupan, siapa pun presidennya, siapapun juaranya jika ingin menumbuhkan rasa nasionalisme perlu didukung dengan semangat kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia. Kebanggaan Nasionalisme harus dipupuk sejak dini dan mulai ditularkan kepada anak-anak kita sebagai generasi penerus kelangsungan bangsa ini.

Penulis         :  Sander Diki Zulkarnaen, M.Psi
          Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Waspadai Bahaya Internet Online Mengancam Tumbuh Kembang Anak Anda

Addthis
Menjadi orang tua Online yang baik, tidak jauh berbeda dengan menjadi orang tua yang baik bagi anak di dunia nyata. Semuanya mengarah pada hal mendasar seperti berbicara dengan terbuka, berusaha untuk memiliki ketertarikan pada aktivitas anak, dan mengajari mereka untuk super hati-hati mengenai apa yang mereka ‘Klik’ saat menjelajah internet, dan ketika mereka diharuskan mengisi informasi pribadi.
Disamping adanya segi positif kita mengenalkan teknologi internet online kepada anak sejak dini, sebagai penunjang kebutuhan informasi, hiburan dan sarana ilmu pengetahuan untuk anak, internet online juga bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang anak sebelum waktunya, apalagi perkembangan teknologi di zaman sekarang lebih cepat perkembangannya tanpa mengenal batas usia dan waktu. Anak-anak kita sekarang lebih mudah mengakses informasi untuk berbagai macam keperluan dikarenakan perkembangan fasilitas teknologi seperti internet online sudah menjamur sampai ke anak-anak dengan berbagai sarana Handphone, dan warnet yang menyediakan berbagai fasilitas game online sampai akses hiburan tersedia. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, tanpa ada kontrol dan pengawasan dari orangtua terhadap anak-anaknya dalam menjelajah dunia maya, maka dikhawatirkan tumbuh kembang anak akan terganggu.
Dalam dunia maya (online) yang terpenting harus diperhatikan oleh orang tua adalah bagaimana memahami bahaya nyata di dunia maya. Menurut hasil survei para ahli peneliti tumbuh kembang anak, bahwa salah satu ketakutan terbesar orang tua adalah jika anak mereka bertemu dengan predator seksual di internet. Tapi kenyataannya, ancaman ini sangat kecil, apalagi untuk anak usia muda/balita. “Predator seksual jarang mencari mangsa anak kecil, mereka lebih memilih anak usia remaja”.
Prioritas utama anda adalah melindungi anak dari paparan informasi yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya dan perangkat kekerasan dalam dunia online. Apalagi jika anak anda mulai ikut berkomunikasi melalui situs jejaring komunitas sosial yang saat ini dikenal dengan “facebook”. Dalam hal ini kami akan paparkan apa saja yang perlu anda ketahui dan lakukan sebagai orangtua dalam melindungi anak anda, agar lebih cerdas dan waspada mengenai keselamatan di dunia maya (online).
Peraturan di Rumah
Langkah utama yang perlu anda lakukan adalah menerapkan peraturan mendasar bagi anak saat memakai internet maupun fasilitas online lainnya. Begitu anda membuat peraturan tersebut, jangan memberikan kelonggaran sedikit pun, untuk menunjukkan sebagai bentuk keseriusan anda dalam melindungi anak.
Adapun beberapa tips yang sekiranya bisa anda lakukan, mulai dari hal teknis sampai kepada bentuk pencegahan dampak buruk dunia maya (internet online), terhadap tumbuh kembang anak anda, diantaranya ;
-        Letakkan Komputer di Area Umum seperti Ruang Keluarga. Untuk alasan ini, kami anjurkan lebih baik menggunakan komputer keluarga dari pada laptop supaya memudahkan anda dalam melakukan pengawasan terhadap situs-situs yang di klik.
-        Ikut Online bersama Anak. Buat anak menyadari bahwa Anda tertarik dengan teman-teman online dia dan aktivitas apa saja yang mereka lakukan di internet.
-        Ciptakan bookmark atau situs yang telah ditandai khusus untuk anak, dan buat agar anak hanya bisa mengakses internet melalui bookmark. Katakan pada anak anda, ini bookmark situs-situs untuk kamu, kalau kamu ingin membuka situs lainnya bilang pada orangtua dan kita akan membukanya bersama. Atau anda juga bisa membuatkan homepage atau situs khusus berisi jaringan ke situs-situs yang aman bagi anak.
-        Waspada ponsel. Jangan lupa untuk menyalakan parental control pada ponsel anak jika telepon genggamnya bisa digunakan untuk mengakses internet. Tanya penyedia jasa layanan ponsel, jika mereka menyedikan filter akses internet yang bisa diatur berdasarkan kelompok usia. Jika penyedia jasa layanan ponsel anda tidak memiliki system filter, sebaiknya matikan akses internet di ponsel anak.
-        Nyalakan program filter pada mesin pencari situs (search engine) yang digunakan anak. Untuk Google dan Yahoo!, klik tulisan preferensi yang ada tepat di sebelah kotak pencari situs dan pastikan filter SafeSearch diaktifkan pada level tertinggi. Ini kuncinya jika anda mengizinkan anak membuka situs seperti Youtube, dimana mereka sangat mungkin terpapar informasi yang tidak sesuai dengan usia mereka.
-        Sembunyikan tampilan kontrol navigasi dari browser anda – lakukan dengan meng-klik tulisan preferensi. Dengan begini, jika anak ingin membuka satu situs yang baru didengar dari teman-temannya, dia harus membuka situs melalui search engine (yang sudah anda siapkan di bookmark miliknya) dari pada anak mengetik sendiri alamat situs tersebut dan kemungkinan salah ketik sehingga keluar situs lain dengan nama sejenis tapi memiliki isi yang tidak sesuai bagi anak.
-        Awasi dengan baik jika anak anda sedang melakukan riset melalui internet untuk tugas sekolahnya.
-        Tegaskan kepada anak untuk tidak pernah berbagi informasi mengenai dirinya, seperti nama lengkap, alamat lengkap, alamat sekolah, atau nomor telepon.
-        Monitor riwayat penelusuran anak di internet. Katakan bahwa anda akan memeriksa situs-situs yang dia kunjungi setiap beberapa hari, dan jelaskan bahwa hal ini atas dasar keselamatan, bukan karena ingin memata-matai.
-        Beri instruksi spesifik kepada anak jika dia melihat sesuatu yang mengerikan/berbahaya di internet.
Semoga tips ini bisa dijadikan sebagai panduan dasar bagi anda selaku orangtua, yang peduli akan dampak negatif perkembangan teknologi, yang dapat mengancam tumbuhkembang anak anda.

Dikutip dari http://kpai.go.id/

Followers